DS015-TUDUHAN SYIRIK LEBIH BERBAHAYA DARIPADA TUDUHAN KAFIR
Sebagaimana
Islam memberikan batasan bahwa barangsiapa yang lisannya mengakui kalimat
Tauhid maka ia adalah muslim dan tidak boleh dituduh sebaliknya.
Mengakui
tauhid, artinya ia mengakui bahwa Allah adalah Pencipta yang layak disembah dan
tidak ada selain-Nya. Sedangkan orang yang menganggap adanya sekutu kekuatan
yang independent dan tuhan selain Allah maka ia disebut musyrik.
Memang,
dari sudut pandang fiqih, mungkin saja kita menganggap seseorang yang mengucapkan
kalimat tauhid adalah kafir karena ia mengingkari 'dharuriyat' (hal-hal
asas) dalam agama seperti wajibnya shalat dan sebagainya dimana (keingkaran
itu) itu bukan dikarenakan kebodohan atau syubhat. Itu setelah kita tahu dan
memiliki bukti akan hal itu. Sebelum ada bukti yang kuat maka kita tidak berhak
melakukan takfir kepada orang lain.
Demikian
juga dengan predikat musyrik yang sering disematkan kepada sekelompok orang
yang melakukan ziarah kubur, tahlil dan sebagainya. Tuduhan syirik tidak boleh
diarahkan kepada orang yang bertauhid sebelum ada bukti yang menjadi indikasi
kuatnya.
Dengan
kata lain, Rasulullah diperintahkan untuk menyampaikan: "Jangan kamu
menuduh seseorang yang bertauhid itu syirik sebelum kalian mendapatkan dalil
akan kemusrikannya!"
Mengapa
tuduhan syirik lebih berbahaya dari tuduhan kafir?
Tuduhan
syirik menjadi lebih berbahaya daripada tuduhan kafir karena tuduhan kafir hanya
ditujukan kepada orang-orang yang jelas-jelas mengingkari Islam dengan
kesadaran dan ilmu, sedang tuduhan musyrik ibarat panah bermata dua karena tidak
hanya diarahkan diarahkan kepada orang kafir, tapi juga dengan mudah diarahkan
kepada muslim yang dianggap menyekutukan Allah oleh sebagian kaum muslimin yang
biasanya mayoritas. Sebagaimana kita sampaikan pada kuliah sebelumnya bahwa
mereka memposisikan diri mereka sebagai polisi syariat dan berfantasi menjadi
wakil Allah untuk menetapkan vonis musyrik kepada orang yang melakukan ziarah kubur,
bertawassul atau siapapun yang mereka kehendaki.
Dengan
demikian tuduhan syirik akan menghancurkan persatuan kaum muslimin karena
biasanya dilakukan oleh kelompok mayoritas muslim kepada minoritas yang berbeda
praktek keagamaannya dengan mereka. Tidak sedikit kondisi ini dimanfaatkan
hingga ranah politik. Ketika satu kelompok muslim berusaha menghancurkan
kelompok muslim lain yang dianggap rival maka salah satu yang kerap dilakukan
adalah menciptakan image bahwa kelompok lawan bertentangan dengan dasar tauhid
atau dengan kata lain telah melakukan kemusyrikan. Dengan hal itu diharapkan
kelompok lawan akan tumbang dan ambisi politik atas nama agama akan menang dan
menjadi pahlawan tauhid.
Tindakan
orang-orang seperti itu adalah bentuk JAHIL MURAKKAB, kebodohan yang bertingkat
(tak tahu sampai berapa layer) karena mereka lupa bahwa tauhid adalah substansi
tolak ukurnya. Mengapa jahil bertingkat?, karena tanpa disadari, saat mereka
merasa memperjuangkan tauhid, sesungguhnya mereka telah melakukan kemusyrikan
yaitu dengan menuhankan diri dan kelompok mereka serta menjadikannya sebagai
tolak ukur tauhid. Mereka merasa bahwa perbuatan mereka adalah mutlak benarnya
dan bahwa ucapan mereka adalah absolute adanya.
Kebodohan
inilah yang menciptakan tradisi menganggap bid'ah atas setiap perbuatan yang
tidak sesuai dengan ijma’ tendensius kelompok mereka bukan sunnah Rasul saw.
Mereka
berkhayal bahwa pakaian yang mereka kenakan, jenggot mereka yang tumbuh
terbiarkan, celana pendek yang mereka pakai dan sebagainya adalah meniru Rasulullah
saw. sehingga barangsiapa yang tidak seperti itu maka ia telah melakukan bid'ah
dalam pakaian maupun tingkah laku.
Sebenarnya
semua itu tidak masalah sebagai usaha dengan niat untuk mendekati sunnah. Namun
tidak berhak mereka menganggap orang lain melakukan kesesatan karena mengenakan
pakaian yang tidak sama dengan pakaian mereka atau melakukan kebiasaan di luar
kebiasaan mereka.
Kalau
mereka merasa semua yang mereka pakai adalah sama dengan pakaian yang dikenakan
Rasulullah, maka bukankah Rasulullah adalah
orang Arab yang berpakaian sama dengan orang Arab yang lain termasuk Abu Lahab
atau Abu Jahal.
Tindakan
anarkis yang dilakukan sekelompok kaum muslim terhadap kelompok kaum muslimin
yang lain adalah tindakan jahiliyah yang dilakukan oleh kaum Arab sebelum masa
Islam. Nuansa itu sangat terasa saat kita menyaksikan kebiadaban gerombolan
ISIS atau apapun namanya terhadap kaum muslimin terutama kaum perempuan. Tindakan
itu jauh dari jaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin dan jauh dari
konsep-konsep dasar dakwah Islam yaitu hikmah, nasehat dan diskusi dengan cara
terbaik.
Meski
demikian, mereka mengumumkan bahwa mereka adalah para pejuang tauhid meskipun
dengan memerangi manusia-manusia muslim yang bertauhid.