DS035-LIMA MACAM MANUSIA YANG HARUS DIJAUHI
Dalam kehidupan, mau atau tidak, kita selalu berhadapan
dengan banyak orang dengan berbagai sifat dan karakter. Kondisi seperti ini
menuntut kejelian dan kewaspadaan kita agar terhindar dari pergaulan yang
menjerumuskan kita kedalam kehancuran. Pada kesempatan ini kita akan membahas
mengenai 5 manusia yang harus dihindari menurut wasiat Imam Ali Zainal Abidin
as. kepada puteranya, Imam Baqir as. dalam wasiat itu Imam Zaunal Abidin
berkata:
“Wahai anakku, lihatlah lima macam manusia dan janganlah kamu
bergaul,berbicara dan menjadikannya teman seperjalanan”, “Siapakah mereka?”,
Tanya Imam Baqir. Imam Zainal Abidin berkata:
1. Jangalah bergaul dengan tukang bohong karena ia
tidak ubahnya fatamorgana, yang jauh terasa dekat dan yang dekat terasa jauh.
2. Janganlah bergaul dengan orang fasik karena ia
akan rela menjual dirimu demi sesuap makanan atau lebih murah dari itu.
3. Janganlah bergaul dengan orang kikir karena ia
akan menghinakan kamu hingga kamu sangat membutuhkannya.
4. Janganlah bergaul dengan orang bodoh karena
kalaupun ia ingin bermanfaat bagimu maka akhirnya tetap menyusahkanmu.
5. Janganlah bergau dengan pemutus silaturahmi
karena aku melihatnya dalam kitab Allah sebagai manusia terlaknat.
Syarah/keterangan:
1.
Orang yang
bohong akan menjadikan kita memandang lawan sebagai kawan dan sebaliknya
sebagai hasil dari kebohongannya. Satu kebohongan akan melahirkan berbagai
kebohongan lain hingga tersebar menjadi mata rantaifitnah yang tak terbendung
bahayanya. Itulah mengapa agama menganggap bahwa fitnah lebih kejam dari
pembunuhan. Dalam dunia bisnis, fitnah tidak ubahnya seperti MLM (multi level
marketing) dimana semakin banyak downline yang dimiliki seseorang dalam
menebarkan kebohongan, hal itu berarti semakin cepat berkembangnya investasi
dosa yang ia tanam. Berkembangnya investasi dosa tidak akan pernah ada
batasnya, bahkan saat kita beribadah. Coba bayangkan, jika saat kita sedang
membaca doa dan istighfar, pada waktu yang sama fitnah yang kita tebarkan
sedang berkembang dengan cepat sehingga transfer dosa akan terus berlangsung
dan memenuhi setiap jalur aliran darah kita. Semua berawal dari kebohongan yang
memutarbalikkan fatwa hingga kita tersesat tanpa sempat menyadari. Lebih dari
itu kebohongan akan mematikan logika ketuhanan kita hingga kita tidak lagi
mampu berfikir dengan benar tentang Allah. Imam Ali pernah berkata: “Sesungguhnya
kebohongan adalah runtuhnya logika dari kedudukan ilahinya”. Pembohong adalah
manusia yang tidak bersedia menanggung konsekwensi perbuatan atau menginginkan
manfaat yang tidak mampu ia capai dengan kejujuran yang merupakan tanda
keimanan, sebagaimana disabdakan oleh Imam Ali: “Diantara tanda iman adalah
memilih jujur meski menyusahkan daripada kebohongan yang menyelamatkan”.
2.
Orang fasik
tidak pernah memiliki komitmen kepada agama. Maka jangan pernah berharap ia
memiliki loyalitas terhadap nilai-nilai akhlak dan kebaikan. Ia akan melakukan segala
sesuatu yang dianggap menguntungkannya meskipun untuk itu ia rela mengorbankan
barang berharga yang bagi orang lain merupakan prinsip yang layak diperjuangkan
seperti persahabatan dan persaudaraan. Orang fasik tidak pernah memandang agama
sebagai sesuatu yang sakral. Ia hanya melihatnya sebagai sarana untuk mencapai
tujuan. Ia akan tinggalkan agama segera setelah ia merasa agama tidak lagi
memberikan nilai keuntungan dan manfaat. Imam Husain pernah berkata: “Manusia
adalah hamba-hamba dunia sedangkan agama hanya di ujung lidahnya saja. Jika
suatu saat diuji dengan musibah niscaya akan Nampak sedikit sekali orang yang
beragama”.
3.
Orang kikir
selalu saja menyusahkan. Bukan hanya masalah keengganannya untuk berbagi dan
memberikan sedikit keuntungan kepada orang lain tapi juga kenyataan bahwa
kebanyakan orang kikir adalah orang yang rakus. Sifat rakus inilah yang akan
menghancurkan persahabatan bahkan persaudaraan. Sedemikian berbahayanya sifat
kikir ini hingga Allah befirman: “Barangsiapa terhindar dari sifat kikir maka
ia adalah orang beruntung”.
4.
Orang bodoh seringkali
menyusahkan kita dengan perbuatan-perbuatan bodohnya meskipun tidak memiliki
motivasi untuk melakukan sesuatu yang buruk. Barangkali kebodohan yang dimaksud
bukan orang yang tidak memiliki ilmu karena ia memang tidak berkesempatan untuk
meraihnya. Yang dimaksud bodoh dalam wasiat tersebut adalah orang yang enggan
untuk mencari ilmu sehingga ketidakpedulian terhadap makrifat menjadikannya
beban dan kesulitan bagi masyarakat sekitarnya. Bukankah dalam surat Al Fatihah
kita berlindung kepada Allah bukan hanya dari orang yang dimurkai tapi juga
dari orang yang tersesat?
5.
Orang yang
memutuskan silaturahmi adalah manusia paling merugi baik di dunia maupun
akhirat. Bahkan Al Quran memasukkan manusia seperti ini kedalam golongan
orang-orang yang fasik dan pembuat kerusakan. Allah berfirman: “..merekalah orang-orang
yang melanggar perjanjian dengan Allah setelah janji out dikukuhkan dan
memutuskan apa yang seharusnya disambungkan dan mereka adalah pembuat kerusakan
di bumi…”(Q.S Al Baqarah: 27). Tidak berlebihan jika kita meletakkan
pemutusan silaturahmi sebagai bentuk perwujudan dari ayat tersebut.
Semoga
kita terhindar dari pengaruh lima macam manusia yang kita bahas hari ini. Semoga
kasih saying Allah selalu menyertai kita bersama siraman syafaat Rasulullah dan
Ahlulbait.
No comments