DS040-DUDUK DI SURGA BERSAMA RASULULLAH
Masih ingatkah kita
dengan hadits yang menyatakan bahwa Al Quran dan Ahlul Bait as. tidak akan
terpisah hingga keduanya bertemu Rasulullah di telaga surgawinya?. Untuk
mengingatkan kembali, saya akan kutipkan hadits yang menyatakan hal itu:
المعجم الكبير: حدثنا محمد بن عبد الله الحضرمي
حدثنا عبد الرحمن بن صالح ثنا صالح بن أبي الأسود عن الأعمش .. فَإِنيِّ تَارِكٌ فِيْكُمُ
الثَّقَلَيْنِ كِتَابَ اللهِ حَبْلٌ مَمْدُوْدٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَعِتْرَتِي
أَهْلَ بَيْتِي وَإِنَّهُمَا لَنْ يَفْتَرِقَا حَتىَّ يَرِدَا عَلَيَّ الحْوْضَ فَانْظُرُوْا
كَيْفَ تَخْلُفُوْنِي فِيْهِمَا
Dalam kitab Al Mu’jam
Al Kabir, telah diriwayatkan: “Telah disampaikan kepada kami oleh Muhammad bin
Abdullah Al Hadhrami, dari Abdurrahman bin Shalih yang mengulang berita dari
Shalih bin Abi Al Aswad, dari A’masy, dimana Rasul bersabda:
“Maka aku
tinggalkan diantara kalian dua pusaka yang agung, yaitu kitab Allah yang
menghubungkan langit dan bumi dan keluaraga (ithrah) Ahlul Baitku. Sesungguhnya
keduanya tidak akan terpisah hingga keduanya menemuiku di telagaku (surga). Maka
perhatikanlah bagaimana kalian memperlakukan keduanya sepeninggalku!”.
Hadits diatas
memberikan ilustrasi akan beberapa hal:
1.
Rasulullah
telah meninggalkan wasiat agungnya yaitu Al Quran dan Ahlul Bait. Hadits ini
sekaligus menepis anggapan bahwa Rasulullah meninggalkan dunia ini tanpa
meninggalkan wasiat. Sebagai seorang nabi yang sangat memperhatikan nasib
umatnya, bahkan pada saat sakratul mautnya, tidak mungkin beliau melalaikan
masalah ini.
2.
Al Quran dan
Ahlul Bait akan selalu bersama bahkan menjadi kesatuan yang tak terpisahkan
hingga hari kiamat. Artinya, dimana ada Al Quran pasti di situ Ahlul Bait as.
mengawalnya. Jika Al Quran adalah kitab yang akan selalu ada pada setiap jaman
hingga hari kiamat, maka keberadaan salah seorang imam Ahlul Bait as. menjadi
sebuah keniscayaan logis. Barangkali anda masih ingat bagaimana saat Rasul
ditanya tentang siapa yang akan disinggahi malaikat pada malam-malam Qadar
sepeninggal beliau?, dan beliau menjawab: “Akan turun pada imam bagi setiap
jamannya”.
3. Kita harus
bahwa kita juga harus menyadari bahwa kita, sebagai umat Muhammad, akan dimintai
pertanggungjawaban atas perlakukan kita kepada keduanya selama hidup di dunia.
Apakah kita termasuk umat yang menjaga keduanya atau malah menelantarkan
keduanya demi dunia. Jika kita meminjam istilah Al Quran dalam surat Al
Fatihah, sehubungan dengan perlakukan terhadap Ahlul Bait as., manusia dibagi
tiga:
a. Yang
mendapat nikmat (an’amta ‘alaihim), yaitu yang berhasil mereguk air
hidayah dari cawan suci kedua pusaka itu dan mengangkatnya menuju derajat yang
tinggi di sisi Allah raadhiyatan mardhiyyah (yang ridha dan diridhai)’
b. Yang
menentang dan memerangi (al maghdhuubi ‘alaihim), yaitu yang dimurkai
Allah akibat usaha mereka untuk menentang dan memerangi kedua pusaka itu
setelah jelas keterangan yang datang kepada mereka. Semua itu menyebabkan murka
Allah karena dilakukan dengan dorongan nafsu duniawi dan sifat tak terpuji.
c. Yang
tersesat dan tidak mengenal (adh dhaallin), yaitu orang-orang yang tidak
mengenal kedua pusaka ini sehingga mereka tersesat dari jalan yang seharusnya
mereka tempuh.
Termasuk
umat manakah kita?, semua terpulang pada perenungan masing-masing selama
bersedia bersikap ikhlas dan insyaf untuk menerima kebenaran, darimanapun
berasal.
4.
Pada hari
akhir nanti setiap umat akan dikumpulkan bersama orang-orang yang mereka cintai
sebagai penentu apakah kita mencintai orang yang salah atau bahtera cinta kita
merapat di dermaga hakiki yang seharusnya. Riwayat tersebut juga menjadi isyarat
bahwa keselamatan di akhirat ditentukan oleh kembali dan diakuinya kita sebagai
umat pemimpin kita di akhirat nanti, dalam hal ini adalah Rasulullah saw. Karenanya
kita sering mendengar hadits yang menyatakan bahwa bahwa barangsiapa yang mati
dalam keadaan tidak mengenal imam jamannya maka ia mati layaknya kaum
jahiliyah. Karena kita harus tahu, kepada siapa di akhirat nanti kita akan
berkumpul dan bersama siapa kita akan disatukan.
Kita semua ingin dikumpulkan
dengan Imam tertinggi kita yaitu Rasulullah saw. karena di sisi beliau juga Al Quran
dan Ahlul Bait as. sebagai dua pusaka agung akan berkumpul dan bersatu.
Tapi, siapakah orang-orang
yang akan mendapatkan kesempatan berkumpul dengan Rasulullah dan duduk
bersebelahan dengan beliau di akhirat nanti?, apakah kita layak mendapatkan
kehormatan itu?, apa yang harus kita lakukan untuk meraih kedudukan agung itu?
Untuk mengetahuinya,
saya ajak anda untuk memperhatikan hadits berikut:
عن رسول الله:
اِنَّ أَحَبَّكُمْ اِلَيَّ وأَقْرَبَكُمْ مِنِّي
يْوْمَ الْقِيَامَةِ مَجْلِسًا اَحْسَنُكُمْ خُلُقًا وَ اَشَدُّكُمْ تَوَاضُعُا
Sesungguhnya orang yang paling kucintai diantara
kalian dan yang paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah adalah orang yang paling baik akhlaknya dan paling rendah
hatinya diantara kalian
Sesungguhnya Rasululullah ingin menyampaikan kepada
kaum mukminin tentang hubungan mereka dengan beliau berdasarkan amal dan sifat
yang dimiliki.
Setiap mukmin pasti ingin dan selalu berusaha dicintai
Rasulullah karena cinta Rasulullah bukanlah cinta berdasar hawa nafsu atau
tendensi pribadi sebagaimana yang kita lakukan saat kita mencintai orang lain
berdasar tendensi dan hawa nafsu
Rasulullah mencintai manusia karena mereka berpegang
kepada apa yang dicintai Allah.
Hadits ini menekankan bahwa orang yang mendapat
curahan cinta tertingginya melebih cinta kepada selain mereka dan orang-orang
yang akan didekatkan oleh Allah kepada Rasulullah di surga. Mereka adalah
orang2 yang mendapatkan sifat ini:
1.
Yang paling baik akhlaknya, baik kepada manusia lain,
keluarga, kerabat dan semua yang berinteraksi dengannya dan segenap lapisan
masyarakat
2.
Yang paling rendah hati di hadapan orang lain dalam
segala bentuk interaksi dengan tidak merasa tinggi dan memandang orang lain
dengan pandangan merendahkan.
Siapa yang tidak menginginkan berdampingan dengan
Rasulullah di surga?
Rasulullah juga bersabda:
Yang paling sempurna imannya diantara orang-orang
beriman adalah yang paling baik akhlaknya
Riwayat tersebut menerangkan betapa iman seseorang
tidak sempurna jika belum terwujud dalam akhlak yang mulia. Dengan kata lain,
orang yang memiliki kelebihan dari orang lain dari segi akhlak berarti ia juga
memiliki kelebihan dari segi imannya.
Dalam riwayat lain Rasulullah bersabda:
Orang paling mirip denganku diantara kalian adalah
yang akhlaknya paling baik
Beliau juga berkata kepada Ali bin Abi Thalib:
“Maukah kuberitahu tentang orang yang mirip denganku
?”, “Tentu wahai Rasulullah”, jawab Ali as. Rasul berkata: “Dialah yang paling
baik akhlaknya dan paling lapang dadanya”.
Walhasil, akhlak terbaik adalah bekal terbaik agar
kita diterima di samping Rasulullah dan duduk dekat dengan beliau di tepian
telaga surgawinya.
Semoga kita bisa mewujudkan impian kita untuk mereguk
air kenabian dari cawan yang disodorkan Rasulullah dengan tangan beliau hingga
sirna segala duka dan nestapa.
Kita harus segera mulai membenahi diri untuk
menjadikan diri kita layak menerima kehormatan itu.
No comments