DS043-SAYYID HASAN MUSAWA : KETAQWAAN ANGGOTA TUBUH
۱)
وَعَلَى جَوَارِحَ سَعَتْ إِلَى أَوْطَانِ تَعَبُّدِكَ
طَائِعَةً
Anggota-anggota
tubuh telah biasa merunduk untuk mengabdi-Mu
۲)
وَجَعَلْتَهُمْ شُهُوْدًا عَلَيَّ مَعَ جَوَارِحِيْ
Engkau
menjadikan mereka saksi-saksi bersama seluruh anggota tubuhku
۳)
قَوِّ عَلَى خِدْمَتِكَ جَوَارِحِيْ
Kokohkan
anggota tubuhku untuk berbakti kepada-Mu
٤) وَاشْدُدْ عَلَى الْعَزِيْمَةِ
جَوَانِحِيْ
Teguhkan jiwa
batinku untuk selalu melaksanakan niatku
Al-Jawârih
adalah anggota-anggota tubuh manusia bagian luar. Jika dikatakan: Wahai Tuhan,
tatkala Engkau hendak mengazabku, maka Engkau akan mengazab tanganku, kakiku,
dadaku, punggungku, dan semua anggota tubuhku yang Kaugerakakan sesuai
kehendak-Mu dan ridha-Mu demi beribadah kepada-Mu. Lalu bagaimana Engkau
mengazab tangan atau kaki yang bergerak saat ibadah dan taat kepada-Mu?
Bagaimana
Engkau mengazab anggota-anggota tubuhku ini?
Bilakah kita mampu membaca penghujung
doa tersebut? Apabila anggota-anggota tubuh kita siap dan dapat digerakkan
untuk menuju Allah Swt. Adapun apabila anggota-anggota tubuh ini tidak bisa
digerakkan, maka akan kendur dan malas tatkala kita menghendaki untuk menaati
Allah, niscaya kita tidak dapat mengucapkan penghujung doa tersebut.
Ada
sebagian orang ketika diminta untuk melakukan perbuatan baik, atau memenuhi
kebutuhan saudaranya Mukmin, atau menolong seseorang yang teraniaya, ia akan
mengakatakan: “Aku lagi tidak enak badan, aku lagi capek, atau aku mengantuk.”
Maka berbagai sebab dan alasan diungkapkan sebagai penolakan.
Manusia
seperti ini tidak akan mampu berdiri di hadapan Allah. Manusia yang berdiri di
hadapan Allah adalah manusia yang apabila diseru Allah untuk suatu perkara
segera bangkit dan mengiyakan seruan itu meskipun ia dalam kondisi lemah.
وَعَلَى
جَوَارِحَ سَعَتْ إِلَى أَوْطَانِ تَعَبُّدِكَ طَائِعَةً
Anggota-anggota tubuh telah biasa
merunduk untuk mengabdi-Mu
Artinya, sampai ke tempat-tempat dan
kondisi di mana ia akan menghamba. Perlu diketahui bahwa ibadah kepada Allah
tidak hanya diwujudkan dalam bentuk shalat dan puasa saja. Akan tetapi, ibadah
yang mencakup seluruh aktifitas yang disukai Allah yang behubungan dengan diri
manusia dan kehidupan di sekitarnya serta segala yang berhubungan dengan semua
risalah yang dikehendaki Allah bagi kehidupan manusia. Inilah yang dinamakan
ibadah kepada Allah Swt. Hal itu sesuai dengan tujuan penciptaan manusia dan
jin. Firman Allah Swt:
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنَ
Aku tidak menciptakan jin dan manusia
kecuali untuk menyembah-Ku
Ibadah
adalah khudhuk (merendah hati) kepada Allah di manapun kita berada. Bukan
masjid saja sebagai tempat ibadah. Tetapi tempat peribadatan dalam Islam adalah
seluruh alam ini. Memang, semua alam ini adalah masjid (tempat ibadah). Tatkala
Allah Swt mengatakan kepada Anda melalui kalimat-kalimat rasul dan para
wali-Nya, di mana ketika Anda di ladang sibuk bertani, sementara Anda seorang
mukhlis dalam beribadah, maka Anda akan beribadah kepada Allah di ladang. Apabila
Anda beraktifitas di tempat pekerjaan (pabrik, kantor, pasar, dan selainnya)
sementara Anda seorang mukhlis, maka Anda akan beribadah kepada Allah di
tempat-tempat kerja tersebut. Dan jika Anda bekerja membersihkan jalan,
pekerjaan Anda tersebut demi untuk menjaga martabat Anda, maka demikian itu
Anda beribadah kepada Allah. Tatkala Anda menghadap si zalim untuk
mengumandangkan suara kebenaran, itupun beribadah kepada Allah.
Masjid
hanya tempat untuk shalat, di mana di situ akan membuka hatimu dan dikatagorikan
sebagai pelaksanaan ibadah kecil, atau paling tidak dapat dikatakan sebagai
ibadah dâkhiliyyah (batin) yang pada girilarannya untuk ibadah melalui
khârijiyyah (anggota tubuh luar). Di dalam masjid kita membina hati. Seperti
saat Anda mengatakan, ushalli qurbatan ilallâhi, asjudu qurbatan ilallâhi, ad’û
(berdoa) qurbatan ilallâhi, aqra`u (membaca Alquran) qurbatan ilallâhi.
Masjid
adalah tempat ibadah untuk menempa ruh sehingga menuju kehidupan dengan ruh
yang bersih. Maka itu sebagai ibadah pendahuluan dan untuk melaksanakan
ibadah-ibadah yang lainnya.
Tiga Kesaksian
Di
dalam doa Kumail, Imam Ali as telah membeberkan persoalan dosa-dosa manusia
secara umum, kemudian beliau as memaparkan persoalan lembut dan njelimet yang
berkaitan dengan penetapan timbulnya dosa dari manusia. Pada hari kiamat, bahwa
pada hari itu manusia akan menghadapi perhitungan akbar dan mahkamah pengadilan
serta keputusan Ilahi untuk memperkenalkan manusia, apakah ia termasuk ahli
sorga ataukah ahli neraka? Bahkan memperkenalkan dirinya dalam bentuk yang
lebih teliti dan rapi, di peringkat mana masing-masing akan menuju di antara
keduanya itu. Akan tetapi, Allah Swt akan menghakimi mereka seadil-adilnya,
sehingga tidak lagi dapat beralasan atau pun mengajukan protes. Tentunya,
dengan segala pertimbangan dan bukti-bukti kongkret.
Imam
Ali as mengajukan kesaksian-kesaksian tersebut sebagai yang dijelaskan di bawah
ini:
Pertama:
Kesaksian malaikat: Dalam kesaksian ini Imam Ali as mengatakan:
وَكُلِّ
سَيِّئِةٍ بِإِثْبَاتِهَا الْكِرَامَ الْكَاتِبِيْنَ، الَّذِيْنَ وَكَّلْتَهُمْ
بِحِفْظِ مَا يَكُوْنُ مِنِّيْ
(ampuni) semua keburukan yang telah
Kausuruhkan malaikat yang mulia mencatatnya, mereka yang Engkau tugaskan untuk
merekam segala yang ada padaku.
Ungkapan tersebut sebenarnya tafsiran
dari firman Allah Ta’ala:
وَإِنَّ
عَلَيْكُمْ لَحَافِظِيْنَ، كِرَامًا كَاتِبِيْنَ
Padahal sesungguhnya bagimu ada
(malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), mereka berkedudukan mulia di
sisi Allah untuk mencatat segala aktifitasmu itu. [QS 82:10-11]
مَا
يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلاَّ لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ
Tiada suatu ucapan yang diucapkannya
melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. [QS 50:18]
Kedua
malaikat itu benar-benar bertugas sebagaimana mestinya, karena mereka adalah
hakikat quranî yang mencatat dan menjaga segala perbuatan taupun ucapan
manusia. Allah Swt akan menghadirkan kedua malaikat itu pada hari kiamat kelak
sebagai saksi atas manusia. Mereka berdua tidak ikut campur merekam bersama
manusia. Sebagaimana keduanya mengatakan kepada manusia, “kamu telah mengatakan
demikian”; “kamu pernah berbuat demikian.” Tetapi keduanya membawa segala amal
perbuatan dan perkataan manusia secara utuh. Allah Swt berfirman:
يَوْمَ
تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مُحْضَرًا وَمَا عَمِلَتْ مِنْ سُوْءٍ
Pada hari ketika tiap-tiap diri
mendapati segala kebajikan dihadapkan di mukanya, begitu juga kejahatan yang
telah dikerjakannya.. [QS 3:30]
Dalam
keadaan seperti itu, bahwa tiap diri manusia akan memberikan kesaksian dirinya,
sedangkan kedua malaikat hanya akan menyampaikan hujah di hadapan Allah Swt. Hal
itu persis seperti seperangkat video atau tape recorder yang dapat memindahkan
gambar, gerakan, dan suara manusia, sehinga tidak lagi mampu mengingkarinya.
Akibatnya adalah sebagai bentuk hujjah yang yang tak dapat dibantah.
Kedua:
Kesaksian al-Jawârih, yakni kesaksian peralatan dan sarana yang diajukannya
sesuai ucapan maupun perbuatannya. Allah Swt berfirman:
الْيَوْمَ
نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيْهِمْ وَتَشَهَدُ
أَرْجُلُهُمْ بِمَاكَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
Pada hari ini (Hari Mahkamah Allah)
Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka sedangkan
kaki mereka memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka upayakan. [QS
36:65]
وَتَشْهَدُ
عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتِهِمْ وَأَيْدِيْهِمْ وَأَرْجُلِهِمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Pada hari ketika, lidah, tangan dan
kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.
[QS 24:24]
وَقَالُوْا لِجُلُوْدِهِمْ لِمَ شَهِدْتُمْ
عَلَيْنَا، قَالُوْا أَنْطَقَنَا اللهُ الَّذِي أَنْطَقَ كُلَّ شَيْئٍ وَهُوَ
خَلَقَكُمْ أًَوَّلَ مَرَّةٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ، وَمَا كُنْتُمْ
تَسْتَتِرُوْنَ أَنْ يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلاَ أَبْصَارُكُمْ وَلاَ
جُلُوْدُكُمْ وَلَكِنْ ظَنَنْتُمْ أَنَّ اللهَ لاَ يَعْلَمُ كَثِيْرًا مِمَّا
تَعْمَلُوْنَ
Dan mereka berkata kepada kulit
mereka: Mengapa menjadi saksi terhadap kami?” Kulit menjawab: “Allah yang
menjadikan segala sesuatu pandai berkata, telah menjadikan kami pandai pula
berkata, dan Dialah yang menciptakan kamu pada kali yang pertama dan hanya
kepada-Nyalah kami dikembalikan. Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari
persaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu terhadapmu bahkan kamu mengira
bahwa Allah tidak mengetahui banyak dari apa yang kamu kerjakan.” [QS 41:21-22]
Sementara itu Imam Ali as menegaskan
dalam doa Kumail:
وَجَعَلْتَهُمْ
شُهُوْدًا عَلَيَّ مَعَ جَوَارِحِيْ
Engkau menjadikan mereka saksi-saksi
bersama seluruh anggota tubuhku
Maka
anggota-anggota tubuh manusia ini dijadikan oleh Allah Swt dapat berbicara
sebagai kesaksian. Demikian pula manusia pada kali yang lain menjadi saksi bagi
dirinya sendiri, menghukumi dirinya dengan dirinya sendiri.
Terkadang
manusia mengingkari amal dan ucapannya itu, terkadang juga memprotes dakwaan
orang lain atas dirinya. Akan tetapi ia tidak mampu mengingkari atau memprotes
ucapan-ucapannya sendiri. Bukankah pengakuan akan sesuatu merupakan inti bukti.
Lalu bagaimana apabila yang mengaku adalah anggota tubuhnya sendiri, yakni
perangkat-perangkat yang menimbulkan dosa dan kesalahan? Masa sekarang ini para
penyidik kriminalitas berupaya untuk memperoleh bukti-bukti keriminal secara
akurat seperti sarana untuk mengenali pelakunya, baik melalui penyidikan
jari-jari tangannya yang dapat dijadikan penelitian selanjutnya. Atau untuk
mengetahui bagaimana asal-muasal peristiwa itu terjadi. Demikian pula
persoalannya dengan anggota-anggota tubuh manusia, yaitu lisannya sebagai
sarana untuk berbicara baik maupun jelek; untuk pembinaan atau penghancuran.
Juga kedua tangannya yang mungkin melakukan pekerjaan baik dan menghasilkan sesuatu
yang diridhai Allah Swt. Dengan kedua tangannya bisa saja untuk mencuri atau
pembunuhan. Dan begitu pula dengan anggota-anggota tubuh lainnya seperti mata,
telinga, dan ke-
dua kakinya.
Akan
tetapi, tentunya dalam persoalan ini ada perbedaan antara sarana-sarana yang
diupayakan para penyidik dan peneliti dan yang dilakukan oleh Allah Swt.
Penyidikan yang dilakukan manusia menggunakan alat-alat buatannya sendiri.
Sedangkan dalam Mahkamah Akhirat, Allah yang Mahaadil dan Mahabijak menggunakan
alat-alat hakiki (sebenarnya). Mahkamah dunia, manusia menggunakan alat-alat
shâmitah (diam) yang dapat diupayakan dengan kerja keras dan penafsiran yang
terkadang dapat terungkap dan terkadang tidak dapat terungkap. Tetapi, di sana
(akhirat) menggunakan alat-alat nâthiqah (berbicara) dan hidup sehingga tidak
akan meleset ataupun luput.
Oleh
karena itu, hendaknya manusia selalu mewaspadai dirinya dengan saksama.
Bersikap cermat dan hati-hati terhadap anggota-anggota tubuh (jawârih) dan
jawânih-nya. Karena setiap yang dilakukan oleh jawârih maupun jawânih akan
terekam dan terpelihara rapi sehingga pada akhirnya akan diperhitungkan di
akhirat kelak.
Dan
adapun kesaksian yang ketiga: Yaitu kesaksian Allah Swt.
Berkata
Imam Ali as:
وَجَعَلْتَهُمْ
شُهُوْدًا عَلَيَّ مَعَ جَوَارِحِيْ، وَكُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيْبَ عَلَيَّ مِنْ
وَرَائِهِمْ، وَالشَّاهِدَ لِمَا خَفِيَ عَنْهُمْ
Engkau menjadikan mereka saksi-saksi
bersama seluruh anggota tubuhku, dan Engkau sendiri pengawas di belakang mereka
dan saksi bagi apa yang tak terpantau oleh mereka.
Allah
Swt telah menutupi beberapa hal dari malaikat. Mereka (malaikat) terkadang
tidak mengamati hal-hal yang rahasia dan lembut yang ada dalam hati kita dan
angan-angan yang ada dalam pikiran kita. Tetapi Allah Swt selalu memonitor dan
mengawasi dengan cermat segala yang ada dalam hati kita, kedipan kedua mata
kita, detak jantung kita dan maksud serta niatan hati kita, apakah menuju
kebaikan atau keburukan:
أَلَمْ تَرَ
أَنَّ اللهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ وَمَا يَكُوْنُ
مِنْ نَجْوَى ثَلاَثَةٌ إِلاَّ هُوَ رَابِعُهُمْ وَلاَ خَمْسَةٌ إِلاَّ هُوَ
سَادِسُهُمْ وَلاَ أَدْنَى مِنْ ذَلِكَ وَلاَ أَكْثَرُ إِلاَّ هُوَ مَعَهُمْ
أَيْنَمَا كَانُوْا ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوْا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
إِنَّ اللهَ بِكُلِّ شَيْئٍ عَلِيْمٌ
Tidaklah
kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di lelangit
dan apa yang ada di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang,
melainkan Dialah yang keempatnya; Dan tiada pembicaraan antara lima orang
melainkan Dialah yang keenamnya; Dan tiada pula pembicaraan antara (jumlah)
yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka di
manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberikan kepada mereka pada hari kiamat
apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu. [QS 58:7]
۳) قَوِّ عَلَى خِدْمَتِكَ جَوَارِحِيْ
Kokohkan anggota tubuhku untuk
berbakti kepada-Mu
Ya
Rabbi, saya hendak mentaati-Mu, beramal pada jalan-Mu, berjuang sepenuh
kekuatanku hanya untuk-Mu, tetapi dalam suatu keadaan terkadang anggota tubuhku
lemah, maka kuatkanlah anggota tubuhku sehingga dengan kekuatannya aku minta
pertolongannya untuk mentaati-Mu.
Dan
acapkali niat dan maksudku yang baik melemah, maka teguhkan jiwa batinku untuk
selalu melaksanakan niatku.
٤) وَاشْدُدْ عَلَى الْعَزِيْمَةِ جَوَانِحِيْ
Teguhkan jiwa batinku untuk selalu
melaksanakan niatku
رَبَّنَا
لا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ
رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami,
jangan Engkau gelincirkan hati kami (condong kepada kesesatan) sesudah Engkau
beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu;
karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)."
اللّهُمَّ
مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ وَالْأَبْصَارِ ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَى دِيْنِكَ
Ya Allah, yang membolak balikkan hati
dan pandangan, kukuhkanlah hati kami untuk dapat melaksanakan agama-Mu.
SEMOGA BERMANFAAT.
No comments